Bye W

10:29 AM

  
 Tentang hari itu sampai sekarang aku ingat. Tentang tatapan hangat itu, senyuman itu, dan rumus-rumus itu. Ah, bila berbicara masalah rumus aku masih ingat saat kau menyangkal ketika aku berusaha untuk mencegahmu menulis rumus itu. Kau bersih keras untuk tetap menulis karena menurutmu itu benar, tapi aku tetap mencegahmu karena menurutku itu salah. Itu bukanlah rumus yang tepat. Tapi tetap saja kau menulisnya karena kau yakin betul itu benar. Mau tak mau aku pun merelakan kertas itu diisi rumusmu. 
   Teduhnya matamu saat menulis rumus itu aku tangkap saat itu, dan raut mukamu yang serius namun mendamaikan itu juga. Disaat yang sama aku jatuh cinta pada dirimu saat itu. Setiap angka yang kamu tulis setiap itu pula lah hatiku berdegup kencang. Dia mengikuti ritme tanganmu yang sedang menulis rumus-rumus ilmu pasti itu. Aku mencintaimu sungguh, seperti halnya aku mencintai rumus-rumus itu. 
   Aku masih ingat tertawamu saat itu, saat dimana kita saling berpandang karena kita sudah lelah berdebat masalah angka yang tak sama. Kita lelah lantas tertawa. Ya, kita tertawakan rumus itu hingga mereka mungkin heran melihat kita. Harusnya kita terus mencari tapi nyatanya kita malah tertawa terbahak. Setelahnya itu kau berkutat dengan rumus lagi dan aku pun demikian.
   Aku masih mengingat baik tentang saat itu dan tentang perasaan yang timbul saat itu. Aku masih menyimpannya tanpa kamu tahu. Aku berusaha sedikit untuk membuatmu tersadar akan perasaan itu padamu. Namun nyatanya, tidak, kamu masih tetap bergeming. Kamu (masih) tidak tahu.
   Aku mulai menyerah dan berupaya untuk menghiraukan perasaan ini. Aku buang semuanya hingga tak bersisa. Aku sudah tidak ingin mencintai sendiri. Aku lelah.
   Hingga saat itu tiba kau datang dengan hal-hal yang telah aku buang jauh. Kau memberikannya kepadaku lagi. Harapan itu ada lagi. Aku tak peduli aku sibuk dengan diriku sendiri. Dan  hingga saat-saat yang lain datang, kau pun kembali di hadapanku dengan kabar yang menurutmu baik sedangkan menurutku malah sebaliknya. Kau datang dengan kabar bahwa kau telah menjatuhkan hatimu kepada wanita. Wanita yang bukan aku. Aku tertawa mendengar kabar bahagia itu. Ya, aku tahu aku telah membuat dusta terbesar saat itu. Berusaha tertawa padahal di dalam hati kecilku sendiri aku meringis nyeri. 
   Namun untuk sekarang aku akan berharap semoga setelah tanganku berhenti menulis tulisan ini aku akan menutup hatiku dan merelakan dirimu berbahagia dengan dirinya, berbahagia dengan perasaanmu terhadapnya. Semoga...



You Might Also Like

19 sumbangan suara

  1. Huahahaha gue pernah dalam posisi seperti ini. Nyibukin diri aja biar lupa sama doi. Siapa tau di tengah kesibukan juga nemu penggantinya u,u

    ReplyDelete
  2. Kok aku pusing ya bacanya..
    Mau ngasih saran dikit, coba tiap paragraf dikasih jarak. Jadi enak ngebacanya, nggak terlalu mepet dari satu paragraf ke paragraf berikutnya. Terima kasih :))

    ReplyDelete
  3. nambahin renggo, tulisan dibikin justify (rata kiri-kanan)
    :-)

    semoga bisa move on ya.
    cari kesibukan lain biar gak makin tenggelam dlm perasaan.

    ReplyDelete
  4. aih gue juga pernah nih seperti ini.... bikin pengen garuk punggung onta

    gue suka cara lu bertutur dalam tulisan. kata-katanya itu keren. gue termasuk penikmat kata. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. garuk punggung onta, kenapa gak garuk leher jerapah aja? :/

      Delete
  5. keren, ini galau nya elegan...ah dulu pasti suka ngitung bareng soal matematika atau fisika gitu ya, terus berrdebat karena ketemunya beda..dan dari situ kamu suka...wah, so sweet berakhir duka..tapi nggak papa, cinta memang begitu...one day, the right one will surely come :)

    ReplyDelete
  6. aih jadi inget seseorang, dalam momen yang sudah terlewatkan.. berantem terus ketawa ga jelas karena kebodohan bersama >.<

    ReplyDelete
  7. Gue setuju banget dengan, kak mey!
    Ini galaunya terlihat elegan. Anyway, tentang kisahnya emang nyesek pas gue baca. Dan ternyata gue pernah ngalamin juga. :')

    ReplyDelete
  8. Makanya tembak duluan dong. Cewek menunggu terus siih. :p

    ReplyDelete
  9. Syediiih :'(

    Cuma paham di paragraf akhir aja. Sebelum nya gak ngerti. Otak ku cetek. Hiks :(

    Moga bisa lupa sama beliau. Segera move on.
    Memang dasar wanita, pintar sekali menyembunyikan perasaan.

    ReplyDelete

Terima kasih udah baca artikel (gak mutu) di blog Kucing ini. Silahkan tinggalin upil kalian disini, kali aja ntar ada pemburu upil ngambil upil kalian. Dan kalian yang jomblo bisa berjodoh dengan mereka. Horee :)

Powered by Blogger.

Instagram